Cara belajar siswa aktif merupakan suatu upaya
dalam pembaruan pendidikan dan pembelajaran. Kendatipun cara ini tergolong
baru, namun sesungguhnya konsep ini telah lama dikembangkan, hanya
perwujudannya yang masih baru dalam sistem pembelajaran di sekolah-sekolah
kita. Karena itu, ada baiknya guru-guru mengenal dan memahaminya lebih seksama
agar mampu menerapkan secara efektif.
Pengertian Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
CBSA adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang menitik beratkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti
dari kegiatan belajar. Pada hakekatnya, keaktifan belajar terjadi dan terdapat
pada semua perbuatan belajar, tetapi kadamya yang berbeda tergantung pada
kegiatannya, materi yang dipelajari dan tujuan yang hendak dicapai.
Dalam CBSA, kegiatan belajar diwujudkan dalam
berbagai bentuk kegiatan, seperti: mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatu,
menulis laporan, memecahkan masalah, memberikan prakarsa/gagasan, menyusun
rencana, dan sebagainya- Keaktifan itu da yang dapat diamati dan ada pula yang
tidak dapat diamati secara langsung. Setiap kegiatan tersebut menuntut
keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran melalui
asimilasi, dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta
pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan (motorik, kognitif dan
sosial), penghayatan serta internalisasi nilat-nilai dalam pembentukan sikap
(Raka Joni, 1980, h. 2).
Sejak dimunculkannya pendekatan CBSA dalam
lingkungan pendidikan ditanah air, konsep CBSA telah mengalami perkembangan
yang cukup jauh. Pendekatan CBSA dinilai sebagai suatu sistem belajar mengajar
yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional
guna memperole hasil belajar yang bempa perpaduan antara matra kognitif,
afekisi. dan psikomotorik, (A. Yasin, 1984,h.24).
Dalam kerangka sistem belajar mengajar,
terdapat komponen proses yakni keaktifan fisik, mental, intelektual dan
emosional dan komponen produk, yakni hasil belajar berupa keterpaduan
aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik Secara lebili rinci komponen
produk tersebut mencakup berbagai kemampuan: menamati, menginterprestasikan,
meramalkan. mengkaji, menggeneralisasikan, menemukan, mendiskusikan, dan
mengkomonikasikan hasil penemuan. Aspek-aspek kemampun tersebut dikembangkan
secara terpadu melalui sistem pembelajaran berdasarkan pendekatan CBSA.
Rasional CBSA dalam pembelajaran
Penerapan dan pendayagunaan konsep CBSA dalam
pembelajaran merupakan kebutuhan dan sekaligus sebaga. keharusan dalam
kaitannya dengan upaya merealisasikan Sistem Pendidikan Nasional untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional yang pada gilirannya berimplikasi terhadap sistem
pembelajaran yang efektif.
Siswa peserta didik dipandang dari dua sisi
yang berkaitan, yakni sebagai objek pembelajaran dan sebagai subjek yang
belajar. Siswa sebagai subjek dipandang sebagai manusia yang potensial sedang
berkembang, memiliki keinginan-keinginan-harapan dan tujuan hidup, aspirasi dan
motivasi dan berbagai kemungkinan potensi lainnya. Siswa sebagai objek
dipandan: sebagai yang memiliki potensi yang perlu dibina, diarahkan dan
dikembangkan melalui proses pembelajaran. Karena itu proses pembelajaran harus
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip manusiawi (humanistik), misainya
melalm suasana kekeluargaan terbuka dan bergairah serta berpariasi sesuai
dengan keadaan perkembangan siswa bersangkutan.
Pelaksanaan proses pembelajaran dititik
beratkan pada keaktifan siswa belajar dan keaktifan guru menciptakan lingkungan
belajar yang serasi dan menantang. Penerapan CBSA dilakukan dengan cara
mengfungsionalisasikan seluruh potensi manusiawi siswa melalui penyediaan
lingkungan belajar yang meliputi aspek-aspek bahan pelajaran, guru, media
pembelajaran, suasana kelas dan sebagainya. Cara belajar di sesuaikan dengan
minat dim pemberian kemudahan kepada siswa untuk memperoleh pemahaman,
pendalaman, dan pengendapan sehingga hasil belajar berintemalisasi dengan
pribadi siswa. Dalam kondisi ini semua unsur pribadi siswa aktif seperti emosi,
perasaan, intelektual, pengindran, fisik dan sebagainya.
CBSA dapat berlangsung dengan efektif, bila
guru melaksanakan peran dan fungsinya secara aktif dan kreatif, mendorong dan
membantu serta berupaya mempenguruhi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
dan belajar yang telah ditentukan. Keaktifan guru dilakukan pada tahap-tahap
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pellilaian dan tindak lanjut
pembelajaran.Peranan guru bukan sebagai orang yang menuangkan materi pelajaran
kepada siswa, melainkan bertindak sebagai pembantu dan pelayanan bagi siswanya.
Siswa aktif belajar, sedangkan guru memberikan fasilitas belajar, bantuan dan
pelayanan. Beherapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru, ialah:
1) menyiapkan
lembaran kerja
2) Menyusun tugas
bersama siswa;
3) Memberikan
informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan;
4) Memberikan
bantuan dan pelayanan kepada siswa apabila siswa mendapat kesulitan;
5) Menyampaikan
pertanyaan yang bersifat asuhan;
6) Membantu
mengarahkan rumusan kesimpulan umum;
7) Memberikan
bantuan dan pelayanan khusus kepada siswa yang lambat;
8) Menyalurkan
bakat dan minat siswa;
9) Mengamati
setiap aktivitas siswa.
Kegiatan-kegiatan tersebut menunjukkan, bahwa
pembelajaran berdasarkan pendekatan CBSA tidak diartikan guru menjadi fasif,
melainkan tetap harus aktif namun tidak bersikap mendominasi siswa dan
menghambat perkembangan potensinya Guru bertindak sebagai guru inquiry, dan
fasilitator.
Kadar Cara Belajar Siswa Aktif
Kadar MA ditandai oleh semakin banyaknya dan
bervariasinya keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.
Semakin banyak dan semakin beragamnya keaktifan dan keterlibatan siswa, maka
semakin tinggi pula kadar ke-CBSA-annya. Sebaliknya, semakin sedikit keaktifan
dan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, maka berarti semakin
rendah kadar CBSA tersebut.
Kadar CBSA itu dalam rangka sistem belajar
mengajar menunjukkan ciri-ciri, sebagai berilmu :
1) Pada tingkat
masukan, ditandai oleh:
- Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan kebutuhan pembelajaran sesuai dengan kemampuan, minat, pengalaman, motivasi, aspirasi yang telah dimiliki sebagai baban masukan untuk melakukan kegiatan belajar.
- Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan belajar dan pembelajaran, yang menjadi acuan baik bagi siswa mupun bagi guru.
- Adanya keterlibatan siswa dalam memilih dan menyediakan sumber bahan pembelajaran.
- Adanya keterlibatan siswa dalam pengadaan media pembelajaran yang akan digunakan sebagai alat bantu belajar.
- Adanya kesadaran dan keinginan belajar yang tinggi serta motivasi untuk melakukan kegiatan belajar.
2) Pada tingkat
proses, kadar CBSA ditandai dengan:
- Adanya keterlibatan siswa secara fisik, mental, emosional, intelektual, dan personal dalam proses belajar.
- Adanya berbagai keaktifan siswa mengenal, memahami, menganalisis, berbuat, memutuskan, dan berbagai kegiatan belajar lainnya yang mengandung unsur kemandirian yang cukup tinggi.
- Keterlibatan secara aktif oleh siswa dalam menciptakan suasana belajar yang serasi, selaras dan seimbang dalam proses belajar dan pembelajaran.
- Keterlibatan siswa menunjang upaya guru menciptakan lingkungan belajar untuk memperoleh pengalaman belajar serta turut membantu mengorganisasikan lingkungan belajar itu, baik secara individual maupun secara kelompok.
- Keterlibatan siswa dalam meneari imformasi dari berbagai sumber yang berdaya guna dan tepat guna bagi mereka sesuai dengan rencana kegiatan belajar yang telah mereka rumuskan sendiri.
- Keterlibatan siswa dalam mengajukan prakarsa, memberikan jawaban atas penanyaan guru, mengajukan penanyaan/ masalah dam berupaya menjawabnya sendiri, menilai jawaban dari rekannya, dan memecahkan masalah yang timbul selama berlangsungnya proses belajar mengajar tersebut.
3) Pada tingkat
produk, kadar CBSA ditandai oleh:
- Ketertibatan siswa dalam menilai diri sendiri, menilai teman sekelas.
- Keterlibatan siswa secara mandiri mengerjakan tugas menjawab tes dan mengisi instrumen penilaian lainnya yang diajukan oleh guru.
- Keterlibatan siswa menyusun laporan baik tertulis maupun lisan yang berkenaan dengan hasil belajar.
- Keterlibatan siswa dalam menilai produk-produk kerja sebagal hasil belajar dan pembelajaran.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat ditentukan
derajat kadar CBSA dalam suatu proses belajar mengajar, dan bila mungkin di
klasifikasikan menjadi: kadar tinggi, kadar sedang, dan kadar rendah.
Kendatipun tampak, bahwa keaktifan guru sangat menonjol, namun tidak berarti
keaktifan guru di abaikan. Tanpa upaya dan pengaruh serta arahan guru sebagai
fasilitator dan pengorganisasian belajar, maka kadar CBSA yang diinginkan tak
mungkin tercapai. Guru tetap bertanggungjawab menciptakan lingkungan belajar
yang mampu mengundang / menantang siswa untuk belajar.
Rambu-Rambu Penyelenggaraan CBSA
Pembelajaran berdasarkan CBSA menuntut
kondisi-kondisi tertentu untuk menjamin kadar CBSA yang tinggi guna mencapai
tujuan pembelajaran atau hasil belajar siswa pada tingkat optimal.
Penyelenggaraan pembelajaran CBSA tersebut ditandai oleh indikator-indikator
sebagai berikut:
1) Derajat
partisipasi dan responsif siswa yang tinggi. Para siswa berperan serta secara
aktif dan bersikap responsif dalam proses pembelajaran. Siswa tidak tinggal
diam hanya menunggu stimuli yang disampaikan oleh guru, melainkan berperan
aktif menentukan stimuli misalnya merumuskan suatu masalah dan mencari jawahan
serdiri (responsif) atas masalah tersebut. Pada waktu guru menyajikan suatu
topik, siswa aktif-responsif mempertanyakan materi yang terkandung didalamnya.
Kedua contoh tersebut sebagai landa, bahwa siswa berperan serta dalam proses
pembelajaran.
2) Keterlibatan
siswa dalam pelaksanaan pembuatan tugas. Pada dasarnya sejak disusunnya
perencanaan tugas-tugas, para siswa telah dapat diaktifkan peran sertanya.
Siswa dapat mengajukan usul dan minat tugas yang diinginkannya dengan asumsi
bahwa tugas tersebut sesuai dengan kemampuannya. Pada waktu pembuatan tugas,
siswa melaksanakan kegiatan kelompok atau dengan belajar mandiri. Pada waktu
penilaian tugas (hasil pekerjaannya), siswa hendaknya aktif menilai tugas-tugas
temannya dan hasil kerjanya sendiri dalam bentuk menilai dirinya sendiri (self
evaluation). Hal ini menunjukan, bahwa tersedia berbagai kemungkinan dimana
siswa dapat berperan aktif dalam pelaksarman tugas-tugas yang dikondisikan
dalam pembelajaran.
3) Peningkatan
kadar CBSA dalam proses pembelajaran juga ditentukan oleh faktor guru. Guru
hendaknya menyadari tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai, baik dalam arti
efek instruksional maupun efek pengiring, dan dalam pada itu memiliki wawasan
dan penguasaan yang memadai tentang bermacam-macam stategi belajar mengajar
yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan belajar. Sudah barang tentu penguasaan
teknik yang mantap juga merupakan persyaratan sebelum seorang guru bisa secara
Kreatif merancang dan menginformasikan program belajar mengajar (T.R aka Joni,
1985, h. 18),
4) Pendekatan
CBSA pada dasarnya dapat diterapkan sentua strategi dan metode mengajar,
walaupun kadaannya berbeda- beda. Penggunaan metode mengajar, secara berpariasi
dapat memberikan peluang penerapan CBSA dengan kadar yang tinggi. Namun
demikian, pemilihan metode tersebut tetap harus ditandasi oleh tujuan yang
hendak dicapai, bahan pelajaran yang hendak dipelajari, kondisi subjek belajar
itu sendiri (motivasi, pengalaman awal, kondisi kesehatan, keadaan mental, dan
lain-lain), serta penguasaan guru terhadap metode tersebut. Dengan demikian,
keaktivan siswa belajar tetap terarah, terbimbing, dan diharapkan mencapai
hasil secara optimal.
5) Penyediaan
media dan peralatan serta berbagai fasilitas belajar tetap diperlukan, agar
tercipta lingkungan belajar yang menantang dan merangsang serta meningkatkan
kegiatan belajar siswa. Pengetahuan dan keterampilan dalam bidang kemediaan dan
teknologi hardware sangat diisyaratkan. Media dan alat merupakan alat bantu
bagi siswa kendatipun mereka diminta untuk memilih dan menggunakannya
sendiri sesuai dengan aktivitas belajarnya.
6) Keaktifan
belajar berdasarkan CBSA tidak jarang menimbulkan kesulitan balajar pada siswa,
misalnya teknik-teknik belajar, memilih bahan, menilai hasil kegiatan, tim
masalah-masalah lain. Itu sebabnya, bimbingan dan pembelajaran remedial pada
waktu tertentu diperlukan untuk membantu siswa bersangkutan, sehingga kecepatan
belajar dan penyelesaian tugas-tugas tetap terus berlangsung menyertai
rekan-rekannya yang tidak mendapat kesulitan.
7) Kondisi
lingkungan kelas/sekolah turut berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran
berdasarkan CBSA. Pengaturan, dan pembinaan lingkungan ini perlu mendapat dari
pihak guru melalui kerja sama dengan guru-guru lainnya serta para siswa
sendiri. Termasuk dalam lingkungan kelas juga suasana. disiplin kelas yang
baik.
PENERAPAN CBSA
Pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam
pembelajaran dalam bentuk dan teknik:
Pemanfaatan waktu luang
Pemanfaatan waktu luang di rumah oleh siswa
memungkinkan dilakukanya kegiatan belajar aktif, dengan cara menyusun rencana
belajar, memilah bahan untuk dipelajari, dan menilai penguasaan bahan sendiri.
Jika pemanfaman waktu tersebut dilakukan secara saksama dan berkesinambungan
akan memberikan manfaat yang baik dalam menunjang keberhasilan belajar di
sekolah.
Pembelajaran Individual
Pembelajaran individual adalah pembelajaran
yang disesuaikan dengan karakteristik perbedaan individu tiap siswa, seperti:
minat abilitet, bakat, kecerdasan, dan sebagainya. Guru dapat mempersiapkan /
merencanakan tugas-tugas belajar bagi para siswa, sedang pilihan dilakukan oleh
siswa masing-masing, dan selanjutnya tiap siswa aktif belajar secara
perseorangan. Teknik lain, kegiatan belajar dilakukan dalam bentuk kelompok,
yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan, minat bakat yang sama.
Belajar kelompok
Belajar kelompok memiliki kadar CBSA yang cukup
tinggi. teknik pelaksanaannya dapat dalam bentuk kerja kelompok, diskusi
kelompok, diskusi kelas, diskusi terbimbing, dan diskusi ceramah. Dalam situasi
belajar kelompok, masing-msing anggota dapat mengajukan gagasan, pendapat,
pertanyaan, jawaban, keritik dan sebagainya. Siswa aktif berpartisipasi,
berelasi dan berinteraksi satu dengan yang lainya.
Bertanya jawab
Kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa,
antara siswa dengan siswa, dan antara kelompok siswa dengan kelompok lainnya
memberikan peluang cukup banyak bagi setiap siswa belajar aktif. Kadar CBSA-nya
akan lebih besar jika pertanyaan-pertanyaan timbul dan diajukan oleh pihak
siswa dan dijawab oleh siswa lainnya. Guru bertindak sebagai pengatur
lalulintas atau distributor, dan dianggap perlu guru melakukan koreksi dan
perbaikan terhadap pertanyaan dan jawaban-jawaban tersebut.
Belajar Inquiry/discovery (belajar mandiri)
Dalam strategi belajar ini siswa melakukan
proses mental intelektual dalann upaya memecahkan masalah. Dia sendiri
merumuskan suatu masalah, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
menarik kesimpulan serta mengaplikasikan hasil belajarnya. Dalam konteks ini,
keaktifan siswa belajar memang lebih menonjol, sedangkan kegiatan guru hanya
mengarah membimbing, memberikan fasilitas yang memungkinkan siswa melakukan
kegiatan inquirynya. Strategi dan kemampun inquiry ini, akan diuraikan lebih
lanjut dalam pembahasan mengenai keterampilan proses sebagai bagian dari CBSA.
Pengajaran unit
Strategi pengajaran ini berpusat pada suatu
masalah atau suatu proyek. Pada tahap-tahap kegiatan belajar ditempuh
tahap-tahap kegiatan utama, yakni: tahap pendahuluan dimana siswa melakukan
orientasi dan perencanaan awal; tahap pengembangan dimana siswa melakukan
kegiatan mencari sendin informasi selanjumya menggunakan informasi itu dalam
kegiatan praktik, tahap kegiatan kulminasi, dimana siswa mengalami kegiatan
penilaian, pembuatan laporan dan tiddak lanjut.
Berdasarkan beberapa contoh strategi
pembelajaran tersebut di atas, maka semakin jelas tentang bagai mana penerapan
pendekatan CBSA tersebut dalam proses pembelajaran. kendatipun dengan kadar
yang berbeda-beda.
PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SEBAGAI BAGIAN
DARI CBSA
Rasional keterampilan proses dalam pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi
(hubungan timbal balik) antara guru dengan siswa. Dalam proses tersebut
memberikan bimbingan dan menyediakan berbagai kesempatan yang dapat mendorong
siswa belajar dan untuk memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran ditandai oleh tingkat
penguasaan kemampuan dan pembentukan kepribadian.
Proses pembelajaran melibatkan terbagi kegiatan
dan tindakan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk memperoleh basil belajar
yang baik. Kesempatan untuk melakukan kegiatan dan perolehan hasil belajar
ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh guru-siswa dalam proses
pembelajaran tersebut.
Suatu prinsip untuk memilih pendekatan
pembelajaran ialah belajar melalui proses mengalami secara langsung untuk
memperoleh basil belajar yang bermakna. Proses tersebut dilaksanakan melalui
interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Dalam proses im siswa bermotivasi
dan sering melakukan kegiatan belajar yang menarik dan bermakna bagi dirinya.
Ini berarti, peranan pendekatan belajar mengajar sangat penting dalam kaitannya
dengan keberhasilan belajar.
Dalam kurikulum telah ditegaskan, bahwa
penerapan pendekatan dalam proses belajar mengajar diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar dalam diri siswa supaya mampu menemukan
dan mengelola perolehannya. Pendekatan mi disebut “pendekatan proses“.
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan ini mengacu kepada siswa agar
belajar berorientasi pada belajar bagaimana belajar (Depdikbud, 1980).
Pengertian keterampilan proses dan kaitannya
dengan CBSA
Pendekatan dalam keterampilan proses ialah
pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumiah kemampuan fisik
dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada
diri siswa. Kemampuan-kemampun fisik dan mental tersebut pada dasarnya leiah
dimiliki oleh siswa meskipun masih sederhana dan perlu dirangsang agar. Menunjukkan
jati dirinya. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses
perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep
menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
Keterampilan-keterampilan itu sendiri menjadi roda penggerak dan penemuan dan
pengembangan fakta dan konsep serta pertumbuhan dan pengembangan sikap dan
nilai. Seluruh gerak atau tindakan dalan proses belajar mengajar akan
menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif (Conny Se a 1990).
Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa dengan
keterampilan proses siswa berupaya menemukan mengembangkan konsep dalam materi
ajaran. Konsep-konsep yang telah dikembangkan int berguna untuk menunjang
pengembangan kemampuan selanjutnya. Interaksi antara kemampuan dan konsep
melalui proses balajar mengajar selanjutnya mengembangkan sikap dan nilai pada
diri siswa misalnya kreativitas, kritis, ketelitian, dan kemampu memecahkan
masalah.
Pendapat yang senada diungkapkan oleh Gagne
yang merumuskan pengertian keterampilan proses dalam bidang ilmu pengetahuan
alam (sains): pengetahuan tentang konsep-konsep dari prinsip-prinsip yang dapat
diperoleh siswa bila dia memilhi kemampum-kemampuan dasar tertentu, yaitu
keterampilan proses sains yang dibutuhkan untuk menggunakan sains.
Keterampilan-keterampilan dalam bidang sains itu meliputi: mengamati.
menggolongkan, berkomunikasi, mengukur, mengenal dengan menggunakan hubungan
ruang/waktu, menarik kesimpulan menyusun definisi operasional, mengendalikan
variabel. menafsirkan data, dan bereksperimen.
Berdasarkan konsep pemikiran di atas maka
pendekatan keterampilan proses diartikan sebagai pendekatan dalam perencanaan
pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas dan kreativitas. siswa untuk
mengembangkan kemampuan fisik dan mental yang sudah dimiliki ketingkat yang
lebih tinggi dalam memproses perolehan belajamya. Hal ini menunjukkan, babwa
ketempilan proses erat kaitannya dengan CBSA.
Kemampuan keterampilan dasar yang perlu dilatih
dalam keterampilan proses
Keterampilan proses sebagai suatu pendekatan
proses pembelajaran mengarah pada pengembangan kennampman fisik dan mental yang
mendasar sebagai pendorong untuk mengembangkan kemampman yang lebih tinggi pada
diri siswa.
Ada tujuh jenis kemampuan yang hendak dikembangkan
melalui proses pembelajuan berdasarkan pendekatan keterampilan proses, yakni:
1) Mengamati ;
Siswa harus mampu menggunakan alat-alat inderanya : melihat, mendengar, meraba,
mencium dan merasa. Dengan kemampuan ini, dia dapat mengumpulkan data / informasi
yang relevan dengan kepentingan belajarnya.
2) Menggolongkan
/ mengklasifikasikan ; Siswa harus terampil mengenal perbedaan dan persaman
atas hasil pengamatannya terhadap suatu objek, serta mengadakan klasifikasi
berdasarkan ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu. Pembuatan
klasifikasi memerlukan kecermatan dalam melakukan pengamatan.
3) Menafsirkan
(meginterpretasikan) ; Siswa harus memiliki keterampilan menafsirkan fakta,
data, informasi, atau peristiwa. Keterampilan ini diperlukan untuk melakukan
percobaan atau penelitian sederhana.
4) Meramalkan ;
Siswa harus memiliki keterampilan menghubungkan data, fakta, dan informasi.
Siswa dituntut terampil mengantisipasi dan meramalkan kegiatan atau peristiwa
yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang.
5) Menerapkem;
siswa harus mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dan dikuasai ke dalam
situasi dan pengalaman baru. Keterampilan ini digunakan untuk menjelaskan
tentang apa yang akan terjadi dan dialami oleh siswa dalam proses belajarnya.
6) Merencanakan
penelitian; siswa harus mampu menentukan masalah dan variabel-vatiabel yang
akan diteliti, tujuan, dan ruang lingkup penelitian. Dia harus menentukan
langkah-langkah kerja pengumpulan dan pengolahan data serta prosedur melakukan
penelitian.
7)
Mengkomunikasikan; Siswa harus mampu menyusun dan menyampaikan laporan secara
sistimatis dan menyampaikan perolehannya, baik proses maupun hasil belajarnya
kepada siswa lain dan peminat lainnya.
Penerapan keterampilan proses dalam
pembelajaran
Siswa bentuk penerapan keterampilan proses
dalam pembelajaran adalah pemecahan masalah atau inquiry (penemuan).
1) Pengertian pemecahan masalah
Masalah pads. hakekatnya merupakan bagian dalam
kehidupan manusia. Tiap orang tidak pernah luput dari masalah, baik yang
bersifat sederhana maupun yang sulit. Masalah yang sederhana dapat dijawab
melalui proses berpikir yang sederhana, sedangkan masalah yang rumit memerlukan
langkah-langkah pemecahan yang rumit pula. Masalah pada hakekatnya adalah
mengundang jawaban. Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu untuk dijawab
dengan tepat, bila pertanyaan iu dirumuskan dengan baik dan sistematis. lni
berarti, pemecahan suatu masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri individu
yang hendak memecahkan masalah tersebut.
Pemecahan masalah adalah suatu proses mental
dan intelektual dalam menemukan suatu nasalah dan memecahkannya berdasarkan
data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat
dan cermat. Proses penecahan masalah memberikan kesempatan peserta didik
berperan aktif dalam mempelajari, mencari dan menemukan sendiri informasil data
untuk diolah menjadi konsep, prinsip, read, atau kesimpulan. Dengan kata lain,
pemecahan masalah menuntut kemampuan memproses infomasi untuk membuat keputusan
tertentu.
Kemampuan memecahkan masalah harus ditunjang
oleh kemampuan penalaran, yakni kemampuan melihat hubungan sebab akibat.
Kemampuan penalaran memerlukam upaya peningkatan kemampuan dalam mengamati,
bertanya, berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Pemikiran terarah
pada hal-hal yang bertalian dengan upaya mencari jawaban terhadap persoalan
yang dibadapi. Upaya ini memerlukan berpikir kneatif dan kemampuan menjajaki bidang-bidang
baru serta menghasilkan temuan-temuan baru.
Para peserta didik harus dilatih tentang tata
cara memecahkan masalah dengan mengembangkan kemampun berpikir yang terarah
untuk menghasilkan gagasan mengenai berbagai kemungkinan memecahkan masalah, dalam
kaitannya dengan upaya mencapai tujuan.
2)
Langkah-langkah pemecahan masalah
Dalam proses pembelajaran, di samping perlunya
penalaran yang baik, tetapi juga penting menguasai lingkungan langkah-langkah
memecahkan masalah secara tepat.
Langkah-lmgkah tersebut pada umumnya terdiri
dari
- Siswa menghadapi masalah, artinya dia menyadari adanya suatu masalah tertentu;
- Siswa merumuskan masalah, artinya menjabarkan masalah dengan jelas dan spesifikasi;
- Siswa merumuskan hipotesis, artinya merumuskan kemungkinan-kemungkinan jawaban atas masalah tersebut, yang masih perlu diuji kebenarannya;
- Siswa mengumpulkan dan mengolah data / informasi dengan teknik dan prosedur tertentu;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar