MODEL
PENELITIAN STUDI KASUS DALAM MENGKAJI MASALAH – MASALAH PENDIDIKAN
A.
Pendahuluan
Penelitian
merupakan suatu rangkaian kegiatan ilmiah yang beawal dari adanya suatu
permasalahan yang hendak dicarikan jawabannya.Dalam konteks ini, peneliti
diharapkan bersikap cermat di dalam memilih masalah yang diangkat atau diajukan
dalam kegiatan penelitian yang dilakukan.
Pendekatan
kualitatif dalam penelitian sosial adalah salah satu pendekatan utama yang pada
dasarnya adalah sebuah label atau nama yang bersifat umum saja dari sebuah
rumpun besar metodologi penelitian. Tetapi aspek-aspek yang bersifat kemetodean
dalam arti yang dapat dipraktikkan dalam kegiatan penelitian kualitatif
terdapat brbagai variasi atau jenis – jenis metode seperti studi kasus yang
memiliki karakteristik kemetodean dalam mendekati dan menelaah sebuah fenomena
sosial.Di dalam makalah ini hanya ingin menyajikan secara singkat dari apa yang
disebut studi kasus dalam penelitian kualitatif.[1]
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian studi kasus itu?
2. Apa saja jenis-jenis studi kasus dan implementasinya
dalam penelitian?
3. Bagaimana
model dan langkah-langkah studi kasus dan dalam mengkaji masalah-masalah
pendidikan?
C.
Pembahasan
1. Pengertian
Studi Kasus
Studi kasus
merupakan uraian dan penjelasan mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu
kelompok , suatu organisasi (komunitas), suatu program atau suatu situasi
sosial.[2]
Metode ini akan melibatkan kita dalam penyelidikan yang lebih mendalam dan
menyeluruh terhadap perilaku seorang individu.Di samping itu studi kasus juga
dapat mengantarkan peneliti memasuki unit-unit sosial terkecil seperti
perhimpunan, kelompok, keluarga dan berbagai unit sosial lainnya. Jadi, studi
kasus dalam metodologi dikenal sebagai suatu studi yang bersifat komprehensif,
intens, rinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya menelaah masalah
-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer, kekinian.Studi kasus dilihat
dari dimensi tertentu dapat pula di sebut studi
longitudinal yang di samakan dengan studi
crosssectional.
Studi
longitudinal berupaya mengobservasi
obyeknya dalam jangka waktu lama dan terus-menerus. Ia pun hendak menggambarkan
suatu kecenderungan atau serangkaian observasi sebelum dan sesudah
.Sedangkan studi cross sectional yang dberupaya
mempersingkat waktu observasinya dengan cara mengobservasi pada beberapa tahap
atau tingkat tertentu dengan harapan dari sejumlah tahap atau tingkat tersebut
akan dapat dibuat kesimpulan yang sama dengan longitudinal. Dalam pengertian longitudinal studi kasus dapat besifat retrospektif ( bekerja mundur,
mempergunakan data yang telah dicatat,misalnya dalam bentuk dokumen) dan
prospektif (berupaya melakukan telaah
terhadap data yang ada saat ini untuk kemudian dilanjutkan dengan pengamatan
jauh ke depan dalam jangka waktu tertentu.[3]
2.
Jenis
– Jenis Studi Kasus dan Implementasinya dalam Penelitian
Berikut merupakan jenis-jenis studi kasus pendekatan
kualitatif, hendaknya di kembangkan Bogdan dan Biglan. berkaitan dengan jenis-jenis
study kasus akan ditengahkan pula implementasi study kasus dalam kegiatan
penelitian. Implementasi yang di maksud disini adalah tidak lain model dan
tekhnik melak akukan study kasus. Boglen dan Biklen mengklasifikasikan jenis –
jenis tudi kasus ke dalam enam tipologi. Keenam tipologi ini merupakan single
case studies, studi kasus tunggal. Pertama, studi kasus kesejarahan sebuah organisasi. Yang dituntut dalam
studi kasus jenis ini adalah pemusatan perhatian mengenai perjalanan dan
perkembangan sejarah organisaisi sosial tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu pula. Melakukan studi macam ini selain memerlukan sumber – sumber
informasi dan bahan-bahan yang akurat dan terpercaya, juga membutuhkan
kecermatan dalam merinci secara sistematik perkembangan dari tahap-tahap sebuah
organisasi sosial. Untuk memastikan ketersediaan bahan-bahan dan sumber
informasi yang diperlukan, agaknya penting studi pendahuluan dalam studi kasus
tipe pertama.
Kedua, Studi kasus observasi. Yang lebih
ditekankan di sini adalah kemampuan seorang peneliti menggunakan tehnik
observasi dalam kegiatan penelitian. Dengan tehnik observasi partisipan diharapkan dapat
dijaring keterangan-keterangan empiris yang detail dan aktual dari unit
analisis penelitian, apakah itu menyangkut kehidupan individu maupun unit-unit
sosial tertentu dalam masyarakat. Ketiga, Studi kasus sejarah hidup. Studi ini mencoba menyingkap dengan
lengkap dan rinci kisah perjalanan hidup sseorang sesuai dengan tahap-tahap
dimana dinamika dan liku-liku yang mengharubiru kehidupannya. Seseorang yang
dimaksud tentu tidak sembarang orang melainkan yang memiliki keinikan yang
menonjol dan luar biasa dalam konteks kehidupan masyarakat, misalnya tentang
kehadirannya memberi makna tersendiri sekaligus sangat mewarnai perubahan-perubahan
dalam masyarakat.Melakukan studi kasus life history ini dapat bersandar pada
dokumen-dokumen pribadi yang bersandar pada dokumen-domen pribadi yang
bersangkutan serta dengan melkukan wawancara dalam mendalam orang pertama
sebagai sumber utama. Keempat, studi
kasus komunitas sosial atau
kemasyarakatan. Seorang peneliti yang berpengalaman serta memiliki kepekaan
dan ketajaman naluriyah sebagai peneliti seringkali mampu melihat sisi – sisi
unik tapi bermakna dari lingkungan sosial sekitarnya di dalam komunitas di mana
dia hidup dan bergaul sehari-hari. Kenyataannya dapat dijadikan pusat perhatian
studi kasus kemasyarakatan. Kelima, studi
kasus analisa situasional. Kehidupan sosial yang dinamis dan selalu
menggapai perubahan demi perubahan tentu saja mengisyaratkan adanya
letusan-letusan situasi dalam bentuk peristiwa-peristiwa
atau katakanlah fenomena tertentu. Keenam, Studi Kasus Mikroetnografi. Studi kasus ini dilakukan terhadap sebuah unit
sosial terkecil. Sebuah sisi tertentu dalam kehidupan sebuah komunitas atau
organanisasi atau seorang individu.[4]
Selanjutnya,
implementasi studi kasus dalam kegiatan pendidikan. Dalam hal ini, sebelumnya
perlu membangun model seorang peneliti perlu memperhatikan empat aspek kualitas
yakni:validitas konstruk, validitas internal, validitas eksternal dan
reabilitas.Ada lima komponen dalam model studi kasus.
1. Pertanyaan – pertanyaan penelitian.
2. Proporsi penelitian
3. Unit – unit analisis penelitian
4. Logika yang mengaitkan data dengan proposisi
5. Kriteria untuk menginterpretasikan
Ada istilah yang sering muncul dalam wujud nyata (implementasi) dalam studi
kasus yaitu Ex Post Facto adalah
model studi yang prosesnya telah terselesaikan. Ex post facto adalah suatu
model studi yang terkait dengan studi longitudina dan dapat pula terkait studi cross
sectional, untuk obyek telaah yang telah diselesaikan prosesnya. Untuk lebih
mempertjam makna dan fungsi arti ex post facto penulis cenderung
menawarkan penggunaan istilah ex post facto
hanya untuk telaah objek yang prosesnya sudah final tidak
dapat diulang atau dilanjutkan pada subyek yang sama. Misalnya, peran bimbingan
orang tua yang anaknya telah sukses, efektifitas program setelah yang
bersangkutan lulus kepemimpinan setelah mengundurkan diri, evaluasi kurikulum
tidak dipakai setelah kebijakan tersebut di ganti dengan kebijakan lain.[5]
3.
Model
Penelitian Studi Kasus dan Langkah –
Langkahnya dalam Mengkaji Masalah Pendidikan
Karakteristik umum model penelitian
berperan sebagai latar untuk model yang spesifik bagi studi kasus yang
didasarkan atas asumsi bahwa studi kasus tunggal dan multikasus mencerminkan
pertimbangan desain yang berbeda dan kedua tipe model tersebut juga ada kesatuan
unit analisis. Untuk model studi kasus ini ada empat tipe model yaitu : (a) Model studi kasus tunggal holistic, (b)
model studi kasus tunggal terjalin, (c) Model multikasus holistic, (d) Model
terjalin
Model kasus tunggal ini menunjukkan adanya
kebutuhan suatu keputusan sebelum pengumpulan data apapun.
Penelitian
studi kasus merupakan suatu model yang cocok untuk beberapa keadaan. Karena
kasus tunggal ialah manakala kasus tersebut meyatakan kasus penting dalam
menguji suatu teori yang telah disusun dengan baik, di mana proposisi-proposisi
tersebut telah diyakini kebenarannya, untuk memastikan, mengubah, atau
mengembangkan teori yang bersangkutan.
Kasus tunggal tersebut\kemudian bisa digunakan untuk menentukan apakah teori
tersebut benar, ataukah penjelasannya relevan bahkan bisa membantu untuk
memfokuskan kembali penelitian masa mendatang secara menyeluruh.[6]
Model studi kasus holistick sebagai
kebalikan dari studi kasus terjalin, yang mencakup lebih dari satu unit
analisis.
Sedangkan model studi kasus terjalin
yaitu bilamana, di dalam kasus tunggal
perhatian diberikan pada satu atau beberapa subunit analisis.Di mana
analisisnya mencakup hasil proyek-proyek perorangan.
Kedua kasus tunggal di atas, memiliki
kekuatan dan kelemahan sendiri-sendiri. Model holistic menguntungkan bilamana
tak satupun subunit yang logis dapat diidentifikasikan dan bilamana teori
relevan yang mendasari studi kasus itu adalah sifat holistikitu sendiri.Namun,
model terjalin juga memiliki kelemahan tesendiri, bilamana studi kasus hanya
terfokus pada subunit analisis.
Model multikasus sebagai lawan model kasus
tunggal. Di mana studi-studi kasus telah dipandang sebagai metodologi yang
berbeda dari kasus tunggal.
Desain
ini juga memiliki kelemahan yaitu seringkali dipandang lebih merangsang, dan
keseluruhan penelitiannya dipandang lebih kuat dan penyelenggaraannyamenuntut
banyak sumber dan waktu ekstra penyelidik.[7]
Adapun
Langkah – Langkahnya adalah sebagai berikut:
·
Pemilahan Kasus yaitu dalam pemilahan
kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan bukan secara
rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang,
lingkungan, program, proses dan masyarakat atau unit sosial. Ukuran dan
kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan
denga batas waktu yang tersedia.
·
Pengumpulan data yaitu dalam pengumpulan
data ini tehnik yang dipakai dalam penelitian studi kasus adalah obsevasi,
wawancara, dan analisis dokumentasi.
·
Analisis data: setelah data terkumpul
peneliti dapat mulai mengagregasi dan mengklasifikasi data menjadi unit – unit
yang dapat dikelola.
·
Perbaikan (refinement): meskipun
semua data telah terkumpul hendaknya dilakukan penyempurnaan data baru terhadap
kategori yang telah ditemukan.
·
Penulisan laporan: laporan hendaknya
ditulis secara komunikatif, mudah dibaca dan mendeskripsikan suatu gejala atau
kesatuan sosial secara jelassehingga memudahkan pembaca untuk memahami seluruh
informasi penting.[8]
D.
Kesimpulan
Studi kasus merupakan uraian dan
penjelasan mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu
organisasi (komunitas), suatu program atau suatu situasi sosial.
Jenis-jenis kasus antara lain :studi
kasus kesejarahan sebuah organisasi, studi kasus observasi, studi kasus sejarah
hidup, studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan, studi kasus analisa
situasional, dan studi kasus mikroetnografi.
Adapun model studi kasus dan
langkah-langkahnya sebagai berikut;
Model studi
kasus tunggal holistic, studi kasus tunggal terjalin, studi kasus multikasus
holistic, dan multikasus terjalin. Langkah-langkahnya yaitu pemilahan
kasus,pengumpulan data, analisa data, perbaikan dan penulisan laporan.
E. Penutup
Demikianlah makalah yang bisa kami uraikan, apabila ada
kesalahan dalam penulisan maupun dalam
penyajian makalah, kami selaku penyusun makalah minta maaf sebesar-besarnya.
Mungkin
makalah ini belum sempurna kritik dan saran kami butuhkan demi kesempurnaan
makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca semua
dalam mempelajari ilmu pendidikan khususnya dalam pokok bahasan studi kasus
dalam mengkaji masalah pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003)
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001)
Noeng,
Muhadjir,Metodologi Peneliyian Kualitatif,(
Yogyakarta: Rake Sarasin,2000),.
[1].Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 18
[2]. Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 201
[3] Burhan Bungin, Op. Cit.
hlm 21
[5] Noeng, Muhadjir,Metodologi
Peneliyian Kualitatif,( Yogyakarta: Rake Sarasin,2000), hlm. 54
[7]. Ibid, hlm. 49
Tidak ada komentar:
Posting Komentar